3 min read

Tentang pengaturan taksi online di Yogyakarta

Tentang pengaturan taksi online di Yogyakarta

Akhir-akhir ini terdengar berita mengenai larangan taksi online di Yogyakarta. Hal ini diawali dari beberapa permasalahan layanan transportasi di kota lain seperti di Tangerang. Perseturuan itu merambat ke Yogyakarta dengan pernyataan dari Plt. Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta yang menyatakan akan memberlakukan larangan layanan taksi online seperti GoCar dan Grab.

Yogyakarta Segera Punya Pergub Larangan Taksi Online

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan HB X sendiri mengatakan tidak sebenarnya tidak ada larangan. Namun akan mengeluarkan peraturan gubernur yang memang untuk mengakomodasi peraturan pemerintah tentang taksi online ini.

Sultan: Taksi Online Tidak Dilarang di Jogja

Pemerintah memang akan mengeluarkan peraturan yang berlaku mulai 1 April 2017 nanti. Dimana salah satu poin yang diatur adalah tarif. Tarif diperaturan baru ini ada batas bawah dan batas atas yang berlaku khusus untuk layanan taksi online.

1 April 2017, Aturan Taksi “Online” Mulai Diterapkan

Tarif batas atas dan batas bawah pada peraturan baru itu berada di tangan pemerintah daerah setempat. Mengingat kebijakan keekonomian yang berbeda antar satu daerah dengan daerah lain

Pengaturan Batas Tarif Taksi Online Ada di Tangan Pemda

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan HB X mengatakan peraturan ini untuk memberikan keadilan kepada pengusaha taksi terutama di daerah. Sambil menunggu peraturan daerah mengenai tarif ini berlaku, mari kita lihat bagaimana usaha taksi konvensional menghadapi persaingan online ini.

Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa taksi konvensional yang menjalankan usahanya. Beberapanya sudah menerapkan pemesanan melalui aplikasi atau online. Saya ambil dua contoh aplikasi yaitu Saytaxi yang berkerjasama dengan taksi 373737 (Jas/Citra Taksi) lalu Taxies yang bekerjasama dengan taksi Pandawa, Indra Kelana, Setia Kawan dan Sadewa.

Saytaxi

null

null

null

Aplikasinya sebenarnya cukup lumayan. Sekarang sudah bisa menggunakan credit/debit card. Namun berdasarkan pengalaman ada beberapa yang kurang dalam penggunaan dengan sopirnya. Kadang aplikasi tidak digunakan sama sekali oleh sopir dan mengandalkan argo saja. Bila menggunakan tunai sopir kadang tidak memberikan kembalian. Ada tarif perkiraan diawal namun belum merupakan tarif pasti seperti layanan taksi online.

Kalau mau lihat review penggunaan aplikasi ini coba intip halaman aplikasinya di Google Play Store.

Taxies

null

null

Aplikasi ini aneh, dulu saya pernah mencoba namun saat saya install kembali dan ingin login ternyata selalu error. Prinsipnya sama dengan Saytaxi. Terakhir saya pakai masih hanya bisa menggunakan pembayaran tunai. Perbedaan dengan Saytaxi adalah karena ini gabungan beberapa perusahaan taksi jadi ada yang menggunakan sedan dan MPV. Nah di Taxies ini ada pilihan mau naik yang sedan atau MPV.


Kedua aplikasi itu saya rasa masih jauh dari apa yang diberikan dari layanan taksi online. Termasuk dari layanan pengemudinya.

Pengguna taksi online tentunya menginginkan layanan yang memberikan kemudahan, kepastian dan keamanan. Itulah karenanya muncul layanan transportasi yang berbasis online.

Bluebird dan Express di Jakarta akhirnya pun tidak melakukan perlawanan lagi namun dihadapi dengan bergabung bersama.

Bluebird yang pada dasarnya layanannya sudah bagus pun mau berubah untuk lebih baik, apabila taksi konvensional tidak mau berubah bagaimana pengguna mau menggunakan layanannya?

Permasalahannya selalu tarif yang lebih murah, padahal tidak. Masalahannya pada tiga hal tadi yaitu, kemudahan, kepastian dan keamanan. Apakah orang dulu lebih memilih naik Bluebird karena lebih murah? tidak.