5 min read

Milan jadi juara Seri A?|Cerita FM

Dua kali.

Kalian semua tahu kalau AC Milan berapa tahun terakhir mengalami kondisi yang tidak bagus. Pemain bintang pergi, cuma memakai pemain medioker. Tujuan tiap tahun tidak untuk juara Seri A, tapi hanya untuk mendapatkan tiket ke Piala Eropa. Posisi 6 sudah bagus banget.
Lalu bagaimana kalau ternyata bisa membawa Milan mengalahkan Juventus yang mendominasi dan menjadi juara?

Musim 2016/2017

Ini tim yang membawa AC Milan di musim 16/17 untuk berjuang untuk bersaing dipapan atas.  Sebagian besar menggunakan pemain bawaan AC Milan. Ada satu nama yang ditransfer pada musim itu dan langsung membawa perubahan, yaitu Max Gradel.
Max Gradel, ditransfer dengan biaya $23M. Pemain ini berperan penting di musim 16/17 untuk menyisir sisi kiri lapangan. Dibantu dengan Sosa di sisi kanan membantu striker Niang dan Adriano mencetak 40 gol. Disamping itu dengan 7 gol untuk pemain winger menurut saya sudah bagus.
Beberapa pemain ada yang dijual, Chelsea menawar cukup bagus untuk Bacca yang sudah menua dan Suso yang kalah kinerja dengan Sosa.
Musim 16/17 ditutup dengan posisi di peringkat ke-3. Oh iya, juga bisa memenangkan piala Supercopa mengalahkan Juventus melalui adu pinalti.

Musim 2017/2018

Musim 17/18 ini mengejutkan.
Penjualan Bacca dimusim sebelumnya yang masih bersisa, ditambah dengan tambahan dana dimusim ini dan Madrid menawar Romagnoli dengan harga yang susah ditolak, Milan punya dana yang cukup banyak untuk mendatangkan pemain baru. 
Masing-masing pemain memperkuat striker (Milik, 40M), tengah (Ozyakup, 7M), tengah bertahan (Darder, 35M), belakang (Zambrano, 16.5M). 
Ada perubahan formasi dari 4-4-2 menjadi 4-1-2-2-1. Milik dan Ozyakup langsung menjadi tulang punggung Milan dimusim 17/18. Milik bisa mencetak 19 gol. Ozyakup sebagai pemain tengah bisa mencetak 12 gol. Gradel dan Sosa juga tidak kalah memikat sebagai mesin pencetak gol, menyamai barisan penyerang dimusim lalu.
Ekspektasi nya Milan pada musim ini adalah minimal peringkat ke-3. Berhasil lolos ke liga Champions. Namun yang terjadi adalah…
AC Milan juara! perbedaan dengan Juventus diperingkat kedua cuma dibedakan oleh selisih gol. Kekalahan Juventus dilaga sebelum laga terakhir membuat Milan bisa menyelipnya. Ketika pertandingan terakhir walau Milan dan Juve sama-sama menang namun selisih gol tidak bisa dikejar.
Tambahan cerita dimusim ini adalah sama seperti yang terjadi dengan Milan diakhir musim kemarin. Saga Donnarumma.
Dia minta kontrak baru dengan nominal gaji yang meningkat jauh. Sama kan?

Musim 2018/2019

Setelah musim lalu yang mengejutkan, target untuk musim 18/19 ini masih sama, untuk lolos Liga Champions.
 
Transfer musim ini untuk lebih untuk menambah kedalaman skuat. Milik aman, namun Gradel dan Sosa perlu ada pemain yang bisa melakukan kover. Karenanya ditambahkan Depay (37.5M) dan Ricci (12.25M). Sedang Onana ini untuk menutup Lopez yang akan pensiun.
 
Pemain inti selama satu musim lebih merata, karena seperti yang diperkirakan sektor sayap penyerang memang sangat menguras tenaga sehingga sering bergantian. Kiri, Bonaventura dan Depay. Kanan, Gradel dan Niang. Ozyakup seperti biasa tetap memberikan sesuatu pembeda di lini tengah. 
Ricci entah kenapa seperti pembelian gagal kali ini. Dipasang beberapa kali namun belum bisa menampakkan performa yang bagus.
Awal musim berjalan dengan baik, sampai dengan pertengahan terjadi penurunan. Terjadi beberapa cidera namun karena penyerang sayap merupakan tumpuan Ricci tidak bekerja sesuai harapan sehingga menganggu performa tim.
Namun dengan membaiknya pemain inti, performa tim menanjak kembali hingga akhir musim. Untungnya, saingan utama Juventus memiliki (kembali) masalah di akhir musim.
Juventus sepertinya tidak belajar dari musim sebelumnya. Kemungkinan terkait dengan fisik pemain atau terlalu banyak pemain yang cidera dan tidak ada penggantinya. Bahkan dari posisi pertama bisa turun menjadi posisi 4. Lihat betapa anomali-nya Juventus dibeberapa pertandingan diakhir musim.
Pada akhirnya.. Milan juara lagi! untuk dua musim berturut-turut.

Taktik

Selama dua musim ini saya memakai 2 taktik utama, yang pertama adalah 4-2-2 yang saya digunakan dimusim 17/18, dan 4-1-2-2-1 dimusim 18/19 dan seterusnya.
Taktik kedua saya buat sangat diperngaruhi oleh taktik strikerless oleh Guido. Dimana kekuatan taktik ini adalah kedua sayap penyerang dan wing back. Namun ketika strikerless tidak menggunakan stiker, namun saya tetap memasang striker disitu, 
Stiker disini kalau bisa menggunakan pemain yang tinggi, dengan finishing yang baik dan kalau bisa dengan passing yang cukup bagus.
Diapit dengan pemain sayap yang bisa memberikan passing yang baik, dribble untuk menusuk kedalam, dan melakukan tembakan.
Dua pemain tengah, satu lebih untuk penyerangan dibutuhkan vision, passing, dan body balance yang bagus, serta satu lagi lebih bertahan dengan fisik yang bagus, passing, dan marking yang cukup.
DM di taktik ini berguna sebagai pemain bertahan ditengah ketika kedua wing back naik membantu penyerangan. Jadi ketika menyerang, taktik ini menjadi 3-4-3 bahkan bisa menjadi 3-2-2-3.
Kedua wing back harus mempunyai kecepatan, fisik dan crossing yang baik. Karena bila tengah terjadi kebuntuan maka kedua wing back yang naik keatas ini akan sering naik turun dan memberikan crossing kepada 3 penyerang.
Taktik bekerja rapat, biasanya menyerang lewat tengah. Bila buntu maka FB dari kiri dan kanan akan membantu membuka serangan.

Catatan bagi yang mau memulai FM dengan AC Milan, jangan buang Calabria. Wing back ini memang tidak terlalu meyakinkan diawal namun selalu bisa memberikan performa yang apik. Dimusim 18/19 dia menjadi andalan bila kondisi fit. Pergerakan di sisi kanan untuk naik keatas dan ditambah dengan dribble nya sangat membantu.


AC Milan, dengan pemain medioker dengan penguatan beberapa pemain ternyata bisa berbicara di Seri A. Walau di Liga Champions belum memberikan hasil yang memuaskan.
Target tahun depan adalah juara Seri A dan minimal sampai final Liga Champions. Bisakah?
Silahkan komentar dibawah, atau bisa mention ke twitter.