3 min read

Bukan Netflix atau Kontennya yang Salah tapi Penggunanya

Bukan Netflix atau Kontennya yang Salah tapi Penggunanya
Photo by Piotr Cichosz / Unsplash

Sampai sekarang selalu ada perdebatan tentang isi konten di Netflix yang tidak sesuai dengan penonton Indonesia. Sepertinya masih pada belum paham apa itu Netflix, apa kontennya, bagaimana sensornya, bagaimana filtering-nya. Coba saya jelaskan.

Apa itu Netflix

Pertama, Netflix itu apa. Netflix pada awalnya adalah layanan yang menyewakan DVD melayani layanan surat. Lalu Netflix menambah layanan streaming dimana seperti stasiun TV yang menyiarkan film, serial atau apapun yang dihasilkan oleh Production House. Tapi, beda dengan TV biasa, Netflix ‘bersiaran’ di internet. Ngga pakai antena, ngga pakai kabel, ngga pakai satelit. Saat ini fokus Netflix dilayanan streaming dan sukses mempunyai Production House sendiri yang memproduksi serial/film.

Oke, sudah dapat gambaran Netflix seperti apa?

Sensor Netflix

Apakah Netflix ada sensor? pastinya. Tapi sesuai dengan sensor yang berlaku umum di US walau sekarang juga sudah disesuaikan dengan sensor di Indonesia, dimana tergantung rating yang diberikan pada setiap film atau serial. Jadi bukan berarti karena bisa ditonton semua umur maka film dengan adegan kekerasan banyak di sensor. Bukan seperti itu.

Ada batas-batas tertentu setiap film dan serial jika ingin bisa ditonton semua umur, bila tidak ya cukup ambil batasan umur yang sudah dewasa, alias mature. Dimana kekerasan, seks, bisa diterima. Kalau untuk batasan umur balita atau remaja ya seperti itu tidak akan ditayangkan.

Movies and TV:

Little Kids ~ All

Older Kids ~ 7+

Teens ~13+

Adults ~16+

Netflix tidak seperti TV teritorial yang bisa diakses semua orang, sudah ada batasan-batasan bahkan sejak mendaftar Netflix.

Batasan Netflix

Pada awal daftar Netflix mensyaratkan alamat email. Seperti Google ada batasan minimal usia untuk bisa mendapatkan alamat email.

Below are the minimum age requirements to own a Google Account:

United States: 13 or older
Spain: 14 or older
South Korea: 14 or older
Netherlands: 16 or older
All other countries: 13 or older

Begitu pula untuk akun email lainnya. Jadi minimal untuk bisa daftar diatas 13 tahun.

Lalu setelah menggunakan alamat email bakal ada batasan harus menggunakan kartu kredit. Misal untuk Bank Mandiri adalah minimal berusia 21 tahun dan mempunyai penghasilan 3 juta per-bulan untuk kartu utama dan 17 tahun untuk kartu tambahan

Sampai disini terlihat sangat selektif untuk orang bisa mendaftar Netflix. Berarti dia harus berumur 17 tahun bila belum mempunyai pekerjaan dengan penghasilan ikut kartu utama, atau berusia 21 tahun bila sudah mempunyai pekerjaan.

Lembaga Sensor Film (LSF) pun didesak untuk melakukan menggolongkan seperti ini. Seperti dikutip dari halaman ‘Peraturan’ di web Lembaga Sensor Film:

tidak ada gunting sensor lagi dan hanya mengklasifikasi usia penonton/pemirsa, misalnya untuk semua umur, remaja dan dewasa.

Itu memang butuh waktu, untuk saat ini LSF menggolongkan kan sensor film menjadi:

(1) Film dan iklan film yang sudah selesai disensor digolongkan ke dalam usia penonton film sebagai berikut:

a. untuk penonton semua umur;

b. untuk penonton usia 13 (tiga belas) tahun atau lebih;

c. untuk penonton usia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih; dan

d. untuk penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih.

Jadi pembagian konten Netflix sudah sesuai dengan penggolongan di LSF kan?

Pengaturan Konten di Netflix

Di dalam Netflix sendiri pengaturan konten ini sangat mudah. Tinggal masuk ke bagian ‘Pengaturan Akun - Profil & Kontrol Orang Tua’.

Kontrol lebih bisa diterapkan dengan penggunaan akun masing-masing. Untuk pengguna dewasa dan anak-anak/remaja.

Disini bila salah masuk user pun akan memerlukan PIN yang tadi di-set pada parental control. Jadi walaupun salah akun tetap tidak bisa akses film atau konten yang tidak sesuai.

Sampai disini Netflix terlihat cukup aman kan? Bagaimana dibandingkan dengan konten di televisi yang bisa dilihat oleh siapa saja, atau di Youtube yang juga bisa diakses dengan mudahnya.

“Wah, namanya anak bisa aja dengan bagaimana cangihnya anak sekarang dia bisa melihat konten dewasa”

Ya itu salah orang tua-nya. Bukan Netflix-nya.

Bagaimana cara orang tua melakukan kontrol terhadap anak, bagaimana melindungi anak dari hal-hal seperti itu. Bagaimana orang tua lebih canggih dari anaknya. Banyak cara kok. Asal mau tahu dan belajar.


Jadi, masih salah Netflixnya? Ada komentar atau masukan? silahkan lewat komentar dibawah, discord devilpenakut atau lewat twitter.